Senin, 28 Oktober 2013

PELANTIKAN PMR RAFLESIA

Palang merah remaja (baca:pmr) unit smp Raflesia mengadakan pelantikan di Gunung Salak Endah Bogor pada tanggal  12-13 Oktober 2013. Seluruh kegiatan dibawah pengawasan pembina pmr raflesia bpk Taefur Yulianto S.Sos dalam kegiatan ini rekan-rekan pmr melakukan qiyamullail dari jam 3:00wib pagi, masak dengan cara tradisional (baca:kayu bakar) selain itu juga melakukan aksi simpatik dengan membersihkan curug ngumpet dari sampah non organik

Selain kegiatan diatas PMR smp raflesia juga melakukan bakti sosial dengan memberikan paket sembako dan pakaian layak pakai kepada warga sekitar. Menurut bpk Taefur semua kegiatan itu dimaksudkan agar para pmr harus menjadi Agen Perubahan yang peduli kepada orang disekitarnya dan tetap menjaga kelestarian alam.

Setelah melakukan serangkaian kegiatan,akhirnya anggota PMR Raflesia dikukuhkan oleh Bpk Tjiptadi Nazarrudin selaku kepala markas PMI KOTA DEPOK.

Refleksi 68 Tahun Kiprah Palang Merah Indonesia

Pada tanggal 17 September 2013,Palang Merah Indonesia (baca:
PMI) telah menapaki usianya yang
ke-68.
Sejak didirikan pada tanggal 17 September 1945
yang silam, PMI lahir dengan satu kepentingan
yakni kepentingan kemanusiaan untuk seluruh
umat manusia. Palang Merah Indonesia
merupakan satu- satunya Perhimpunan Nasional
Palang Merah yang diakui secara resmi oleh
masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk
menjalankan pekerjaan Perhimpunan Nasional
Palang Merah atau Bulan Sabit Merah menurut
Konvensi Jenewa tahun 1949.
Sebagai anggota ke-68 yang secara resmi diakui
oleh Gerakan Internasional Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah, PMI secara konsisten
menjalankan mandat gerakan yang netral dan
independen dalam berbagai situasi, baik
bencana/konflik maupun damai. Sebuah
gerakan kemanusiaan yang bersifat majemuk
yang merangkul seluruh stratifikasi sosial
masyarakat internasional yang tidak berafiliasi
pada kepentingan bangsa, kesukuan, agama,
politik, ideologi.
Dan, saat ini pada momentum peringatan ke- 68
tahun PMI berkiprah menjalankan mandat yang
diberikan secara resmi oleh masyarakat dan
pemerintah Indonesia, PMI merefleksikan
kembali bagaimana akses yang aman untuk
memberikan pertolongan ternyata bukanlah hal
mudah. Peristiwa 31 Juli 2013 di Puncak
Senyum , Kabupaten Puncak Jaya, Papua
ambulan PMI yang sedang membawa orang sakit
diberondong tembakan yang mengakibatkan 1
anggota PMI tewas dan 2 orang lainnya luka-
luka dalam insiden itu (Bintang Papua,OPM
Layangkan Surat Permohonan Maaf ke PMI
Puncak Jaya,18 September 2013)
.
Di Jakarta, pada 28 Maret 2012, 5 pasien
pendemo kenaikan harga BBM yang dibawa
ambulans Palang Merah Indonesia (PMI) diminta
diturunkan oleh aparat keamanan untuk
dipindahkan kemobil tahanan (Detik News, Polisi
Pastikan Ambulans PMI Tak Angkut Batu untuk
Pendemo,28 Maret 2012). Padahal akses
menjadi kunci utama berhasil tidaknya upaya
penyelamatan korban. Akses yang aman untuk
tim medisdari anggota gerakan Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan
angkatan bersenjata hanya dapat diperoleh jika
ada kepercayaan dari banyak pihak bahwa tim
medis tersebut bersikap netral dalam
memberikan bantuan. Netralitas menjadi kunci
penting bagi semua pihak untuk mendapatkan
akses, termasuk Gerakan Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah.
Prinsip netralitas, terutama saat memberikan
bantuan perlu ditanamkan sejak dini kepada
generasi muda. Masyarakat perlu mendapat
pemahaman bahwa bantuan - bantuan
kemanusiaan yang dilakukan oleh gerakan
diseluruh dunia adalah netral sesuai prinsip-
prinsip dasar Gerakan Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah yakni
Kemanusiaan, Kenetralan, Kemandirian,
Kesukarelaan, Kesatuan dan Kesemestaan.
Mengusung tema Kaum Muda sebagai Agen
Perubahan dalam memperingati HUT ke-68
Palang Merah Indonesia menempatkan generasi
muda sebagai tulang punggung organisasi yang
ditempatkan di barisan terdepan untuk
menggalang aksi-aksi solidaritas yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
ditengah-tengah arus modernisasi dan
globalisasi saat ini.
Dengan semangat netralitas dan kemandirian,
generasi muda diharapkan dapat terlibat dalam
menciptakan budaya damai tanpa kekerasan di
masyarakat, membantu masyarakat
agar lebih siap menghadapi bencana, dan
membantumembuka akses kesehatan untuk
masyarakat.
Sebagai rangkaian kegiatan HUT PMI ke-68 pada
PMI se - DIY akan menggelar aksi kemanusiaan,
antara lain aksi bersih lingkungan sepanjang Jl.
Malioboro , Donor Darah dan Pengobatan Gratis
di Taman Parkir Benteng Vredeburg, Diseminasi
Kepalangmerahan atau Orasi Kemanusian,
Pembagian Leaflet/Brosur Lambang Palang
Merah yang berpusat di Gedung DPRD DIY dan
Titik Nol Kilometer. Di Gedung DPRD PMI akan
bertemu dengan Dewan untuk mendesak
pengesahan RUU Kepalangmerahan. Aksi
Diseminasi atau orasi kemanusiaan PMI DIY
menyerukan beberapa hal, antara lain pertama,
mendorong generasi muda untuk menjadi agen
perubahan dalam menyebarkan dan
mengimplementasikan nilai - nilai kemanusiaan,
diantaranya pelopor penanggulangan bencana,
donor darah, pelestarian lingkungan, bantuan
kesehatan atau pelopor untuk menjadi relawan
PMI.
Kedua, menyerukan kepada seluruh komponen
PMI di seluruh Indonesia, Pengurus, karyawan,
relawan dan anggota PMI untuk tetap
berkomitmen dan secara konsisten menjalankan
amanah Gerakan Internasional Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah secara profesional,
bertanggungjawab dan berdedikasi.
Ketiga, menyerukan kepada seluruh komponen
PMI di seluruh Indonesia, Pengurus, karyawan,
relawan dan anggota PMI untuk tetap
mendukung PMI sebagai satu - satunya
Perhimpunan Nasional Palang Merah di
Indonesia dan tetap menyerukan “Satu Negara
Satu Lambang, Satu Gerakan”.
Keempat, mendorong dan memberi dukungan
kepada Parlemen dan Pemerintah RI untuk
mengesahkan Rancangan Undang - Undang
(RUU) Kepalangmerahan menjadi Undang
- Undang (UU) di tahun 2013.
Seluruh rangkaian aksi kemanusiaan ini
melibatkan kurang lebih 1000 (seribu) orang dari
seluruh komponen PMI se - DIY antara lain
Palang Merah Remaja (PMR), Korps Sukarela
(KSR), Tenaga Sukarela (TSR), Donor Darah
Sukarela (DDS), Sahabat Donor Darah, Pengurus,
Karyawan pada tingkat Daerah, Kabupaten/Kota
maupun Kecamatan, perwakilan dari PMI
Provinsi lain serta komponen lainnya. Aksi
kemanusiaan ini akan dilaksanakan pada Jum’at,
27 September 2013, pukul 13.00 – 17.00 WIB
yang dimulai di Gedung DPRD DIY sampai
dengan Titik Nol Kilometer.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Lambang Palang Merah Menjadi Lambang Rumah Sakit

Oleh: Chaka | 12 March 2013 | 20:20 WIB
Lambang Fasilitas Kesehatan di Indonesia
Kenapa lambang kesehatan ditandai dengan
sebuah palang yang menyerupai tanda jumlah?
Tulisan ini akan sedikit menguraikan secara
singkat tentang lambang kesehatan yang
berbentuk tanda tambah atau lebih di kenal
palang merah.
Sejarah Lambang Palang merah
Sejarahnya berawal dari sebuah peperangan
yang terjadi di Negara Swiss daerah kota
Solverino. Saat itu seseorang dalam perjalanan
menuju kota Solverino melihat banyaknya korban
perang yang mati dan terluka parah tanpa ada
yang menolong dan menyelamatkan mereka.
Orang itu yang bernama Henry Dunant prihatin
akan hal ini sehingga ia berpikir untuk melakukan
sesuatu, melalui bukunya, Henry Dunant
menawarkan untuk pertolongan pada korban
perang. Buku itu dideklarasikan di Jenewa dan
pada tahun 1863, sebuah komite lima-anggota,
yang disebut International Commitee of the Red
Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari
usulan Henry Dunant.
Rembukan yang dilakukan oleh lima orang tokoh
tersebut berkembang mebawa kemajuan untuk
pertolongan pada korban perang selanjutnya.
Namun permasalahan lain yang serius adalah
sebuah tanda untuk kenetralan anggota atau
kelompok medis tersebut. Demi keselamatan
medis pada saat menolong di tengah-tengah
peperangan di perlukan sebuah lambang.
Persoalan ini memunculkan gagasan untuk
menentukan satu lambang internasional yang
akan dipakai seluruh dunia. Kelompok yang
membawa lambang ini nantinya akan dikenal
tentara saat perang dan dilarang untuk terlibat
dalam peperangan atau di perangi.
Musyawarah lima orang tokoh tersebut
bersepakat menentukan palang Merah sebagai
lambang kelompok medis yang akan menolong
korban perang. Palang merah ini diambil dari
inspirasi Henry Dunant yang pada saat berada di
antara korban perang, dia melihat posisi strategi
peperangan yang dilakukan dengan bentuk
seperti salib. Dari sinilah inspirasi bentuk salib
pada lambang kelompok medis bermula.
Makna lambang dan perkembangannya di
Indonesia
Makna lambang yang berbentuk salib,
menandakan kenetralan dari pihak-pihak yang
saling berperang dan sebagai palang untuk tidak
di perangi atau ditembak. Lambang ini di pakai
semua Negara sebagai lambang medis untuk
menolong korban perang di negaranya maupun
sebagai medis untuk bantuan kemanusiaan
terhadap negara-negara yang sedang perang. Di
Indonesia sendiri juga memakai lambang ini
sebagai kegiatan medis di sebuah organisasi yang
bernama Palang Merah Indonesia.
Palang Merah Indonesia bertugas sebagai
organisasi untuk bantuan kemanusiaan untuk
luar dan dalam negeri. Luar negeri seperti
contohnya untuk bantuan medis untuk korban
konflik Israel dan Palestina. Dalam negeri seperti
bantuan untuk korban bencana alam contohnya
tsunami Aceh. Selain PMI ada juga PMR (Palang
Merah Remaja) yang anggotanya terdiri dari para
remaja tingkat SMP dan SMA.
Lambang Palang merah di Indonesia telah
berkembang pesat. Perkembangannya terjadi di
setiap bentuk fasilitas kesehatan, mulai dari Balai
pengobatan di tingkat desa sampai Rumah sakit
di tingkat kabupaten/kota. Dan terkadang
warnanya tidak merah lagi melainkan terkadang
bermacam-macam warna sesuai kebijakan
rumah sakit masing-masing. Lambang ini di
Indonesia di pakai sebagai bentuk lambang
pertolongan medis dan kesehatan pada
masyarakat yang memerlukan. sehingga tidak
heran rumah sakit menggunkan lambang ini
sebagai logo, lambang dan simbol rumah
sakitnya. Begitu juga peta suatu kota biasanya
memakai lambang ini sebagai lambang informasi
letak tempat kesehatan seperti rumah sakit dan
puskesmas.

Senin, 07 Oktober 2013

Membuat video untuk mengenal lingkungan sendiri

Kegiatan Video partisipatif dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Kedaungkaliangke sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya masalah lingkungan, kesehatan dan risiko bahaya banjir. Kegiatan ini difasilitasi oleh PMI Cabang Jakarta Barat dan dibantu oleh PMI DKI Jakarta dan dari PMI Pusat. Dimulai dengan lokakarya 1 hari bagi fasilitator-fasilitator dari PMI cabang Jakarta Barat yang mendapatkan bimbingan langsung dari Red Cross/Red Crescent Climate Center mengenai proses pembuatan video partisipatif dan pengenalan kamera dan perlengkapannya, teknik pengambilan gambar sampai dengan proses pembuatan storyboard hingga menjadi sebuah jalan cerita yang divisualisasikan.

Setelah mendapatkan materi, fasilitator langsung melaksanakan kegiatan video partisipatif di masyarakat Kelurahan Kedaungkaliangke Jakarta Barat. Peserta untuk kegiatan video partisipatif dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kelompok orang dewasa di RW08 dan kelompok anak kecil di RW.05. Proses transfer knowledge dari fasilitator PMI cabang Jakarta Barat yang terdiri dari beberapa anggota KSR dan beberapa staff cabang berjalan dengan baik dan lancar. Warga Kedaungkaliangke sangat tertarik untuk mengambil gambar dan mengekpose permasalahan lingkungan dan banjir di wilayah mereka, seperti masalah sampah penyebab utama banjir, kebersihan dan sanitasi lingkungan hingga proses evakuasi ketika banjir. Setelah selesai pengambilan gambar dilanjutkan dengan proses untuk editing dan screening dengan menyaksikan hasil video bersama dengan masyarakat. PMI juga mengundang pihak dari pemerintah setempat seperti dari Pak Lurah untuk datang menyaksikan pemutaran film yang mereka buat. Alhasil setelah menonton film tersebut, warga lebih memahami akan pentingnya kebersihan serta perilaku hidup bersih di lingkungannya. (PMI Jakarta Barat)

Pahlawan Influenza di Cipuka

Dengan ikhlas Kang Oman menyuarakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan tanggap flu burung kepada warga di desanya. Karena jerih payahnya ini, Kang Oman alias Syaefurrohman ini dipercaya sebagai koordinator Tim Tanggap Flu Burung Desa Cikupa.
Desa Cikupa sendiri merupakan salah satu desa yang mendapatkan kesempatan pelaksanaan program tanggap flu burung yang dilakukan PMI bersama dengan Comunity Based Avian Influenza Control (CBAIC)- United Stated Agency For Internasional Development (USAID). Di desa ini juga pernah terjadi kasus positif flu burung pada unggas yang telah ditangani dengan sigap oleh Dinas Perternakan (Disnak) Dinas Kesehatan (Dinkes), Satgas dan Relawan Desa serta warga desa Cikupa sendiri.
Sebagai bagian dari program flu burung, PMI sendiri telah menunjuk desa Cikupa sebagai desa yang mendapatkan program desa siaga. Desa ini dikatakan desa siaga sebenarnya sudah ada sebelum gerakan aksi relawan desa tanggap flu burung ada. Desa siaga adalah suatu program yang digalangkan oleh Dinas Kesehatan, misalnya kesiagaan untuk ibu hamil, kesiagaan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak. Sebenarnya bila disangkut pautkan kehamilan dengan flu burung sangat jauh berbeda tetapi menurut staf Pelayanan Sosial dan Kesehatan, Denok Rahayu, antara keduanya memiliki kesamaan yang menyakut kesehatan artinya keduanya sama-sama membahas kesehatan untuk masyarakat. Untuk menghadapi kasus flu burung di desa ini, PMI menurunkan relawannya untuk mengkaji kasus di desa ini dan melatih para relawan desa tanggap flu burung. Dari pelatihan ini terbentuk 20 relawan desa tanggap flu burung. Mayoritas para relawan ini merupakan tokoh masyarakat, tokoh agam, ibu-ibu kader kesehatan, dan peternak.
Di bawah pengawasan Kang Oman, para relawan ditugaskan untuk mensosialisasikan tentang pola-pola hidup sehat dan simulasi tanggap flu burung. Disini masyarakat diberdayakan untuk dapat merubah perilaku mereka menjadi perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mengikuti penyuluhan-penyuluhan,  simulasi cuci tangan yang baik dan benar, demo masak daging yang tepat, dan simulasi tentang tata cara memilih daging unggas yang benar. Bentuk nyata adalah masyarakat diajak mengikuti simulasi yang dilakukan oleh kang oman dan kawan-kawan.
Upaya Kang Oman dan para relawan desa tanggap flu burung ini tidak sia-sia. Setelah dari tanggal 16 mei 2007 dalam mengikuti pelatihan hingga saat ini telah terlihat hasilnya. Masyarakat desa Cikupa pun telah menunjukkan komitmennya untuk hidup sehat, terutama dalam membebaskan desa mereka dari bahaya virus flu burung. Kang Oman bersama warga setempat rutin melakukan penyemprotan desinfektan massal setiap 3 bulan sekali di kandang-kandang milik warga desa Cikupa. Tidak hanya itu, warga juga mengadakan acara seminar desa setiap 1 bulan sekali untuk membicarakan seputar kesehatan lingkungan, perilaku sehat, dan isu flu burung.
“Kami malah ingin membuat perlombaan simulasi perilaku sehat dan tanggap flu burung untuk anak-anak sekolah dasar dan ibu-ibu rumah tangga saat HUT kemerdekaan 17 Agustus besok,” kata Kang Oman.
Upaya warga desa Cikupa agar bisa terlepas dari penyakit flu burung ini terus dilakukan. Rencananya warga juga akan membuat pojok-pojok cuci tangan sabun dan melakukan vaksin unggas mereka secara rutin dengan melibatkan para relawan dan dinas peternakan setempat.
“Kami siap untuk menjadi warga yang swadaya, mandiri dan rela membangun desa menjadi desa yang bersih dan sehat tanpa ada iming-iming bantuan dana dari pihak manapun. Kita tidak ingin warga sekitar dibiasakan untuk menerima bantuan, tapi harus berbuat dan membangun dengan tangan warga sendiri,” kata Kang Oman.
Apa yang dilakukan Kang Oman dan para relawan kesehatan desa Ini dapat dijadikan contoh dan inspirasi bagi masyarakat untuk peduli terhadap diri mereka dan lingkungannya. Meski saat ini hampir tidak ada kasus flu burung yang beredar, virus H5N1 ini masih harus terus diwaspadai. Satu-satunya cara untuk menghadapi virus ini adalah dengan menerapkan perilaku hidup sehat dan siap untuk menghadapi segala kejutan yang bakal ditimbulkannya.

PMI Daerah Jawa Barat

Sejarah Pembentukan
Sebelum PMI Daerah Jawa Barat dibentuk, antara tahun 194551955 terlebih dahulu telah berdiri organisasi PMI dibeberapa kota seperti kota Bandung, Bogor, Sumedang, Majalengka, Tasikmalaya dan Cirebon. Menjelang tahun 1956 kebutuhan akan kordinator kegiatan PMI di wilayah Jawa Barat tak terelakan karena selain melihat kondisi dan kegiatan yang terus meningkat, juga berdasarkan AD/ART PMI yang telah disempurnakan dan disahkan oleh Kongres PMI tingkat Nasional ke VI di Tawangmanggu, Surakarta, Jawa Tengah pada 16 Desember 1954. Bab VII Pasal 41 AD/ART PMI pada saat itu menyatakan: (1) Manakala oleh cabang-cabang dalam satu provinsi dirasakan perlu dapat didirikan satu badan koordinasi. (2) Badan koordinasi itu dinamakan Pengurus Daerah.
Maka atas prakarsa PMI Cabang Bandung maka diadakan persiapan pendirian PMI Daerah Jawa Barat. Rapat pada tanggal 17 Juni 1956 yang dihadiri oleh cabang Garut, Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, dan Bandung bertempat di Bandung memutuskan untuk membentuk Pengurus Daerah Jawa Barat. Bermarkas di jl. Nias No. 2, Bandung bersama dengan PMI Cabang Bandung. Setelah PMI Bandung mendapatkan markas cabang di jalan Aceh No. 79, Bandung, Markas Daerahpun pada tahun 1967 ikut berpindah ke jl. Aceh No. 79, Bandung. Barulah pada tahun 1977, PMI Daerah Jawa Barat mempunyai gedung sendiri yaitu di Jl. Ir. H. Djuanda No. 426 A, yang sampai saat ini dipergunakan.
Profil PMI Jawa Barat
Saat ini PMI Daerah Jawa Barat saat ini membawahi 25 cabang kabupaten/kota yaitu Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Subang, Ciamis, Bandung, Indramayu, Majalengka, Bogor, Karawang, Garut, Cirebon, Sumedang, Kuningan, Bekasi, Tasikmalaya, serta cabang Kota Tasikmalaya, Cimahi, Cirebon, kota Bogor, Depok, Sukabumi, Bekasi, kota Bandung dan Banjar. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh PMI Daerah Jawa Barat adalah 275 orang Pengurus cabang, 179 Staf markas, 200 Staf UTDC, 48 orang dokter UTDC, 4.387 anggota PMR Mula (Sekolah Dasar), 57.789 anggota PMR Madya (Sekolah Menengah Pertama), 38821 anggota PMR Wira (Sekolah Menengah Atas), 1.911 anggota KSR, 4.633 anggota TSR (Tenaga Sukarela), 273 Pelatih dan 719 anggota SATGANA (Satuan Penanggulangan Bencana).
Susunan pengurus saat ini adalah:
Ketua: Drs.H.Karna Suwanda
Wakil Ketua: H. Sumarno Suradi
Wakil Ketua: dr. Subekti N. Kartasasmita MPH
Wakil Ketua: DR. H. Iim Wasliman.,M.Pd. M.Si.
Wakil Ketua: Drs.H. Mamad Suryana,M.Si
Sekretaris: Drs.H. Didi Edia Kartadinata
Wakil Sekretaris: H. Denni Candrasah
Bendahara: Hj.Tin Kartini Nurmawan.,SE
Anggota: (1). H. Aslim Ilyas,BA (2). dr .Hj. Erlina Kartabrata (3). Drs. H. Takdimullah (4). Dra. Hj. Silviati,M.Si 5. Dra. Hj. Elly Siti Halimah, M.Si
PMI Daerah Jawa Barat menjadi pusat pelatihan Air dan Sanitasi (Water and Sanitation/Watsan) tingkat Nasional. Sehingga semua perlengkapan watsan ditempatkan di PMI Daerah Jawa Barat dan menjadi sentral respon bencana secara nasional. Kemudian, saat ini beberapa cabang sedang menjalankan beberapa program yang didukung oleh perhimpunan nasional Negara sahabat ; seperti program Pengurangan Risiko Bencana Terpadu (ICBRR) yang dilaksanakan di kabupaten Bandung dan kabupaten Bogor, Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (CBFA) yang dilaksanakan di kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cianjur.
Pada kegiatan penggalangan dana untuk membantu kelancaran kegiatan organisasi, PMI Daerah Jawa Barat mempunyai gedung dan penginapan yang bisa disewakan untuk umum. Gedung dan penginapan ini dikelola secara profesional sehingga mempunyai kontribusi bagi penggalangan dana PMI. PMI Daerah Jawa Barat memiliki prestasi yang cukup baik ditingkat nasional, selain dinilai termasuk kategori hijau (baik) secara kapasitas, PMR dan KSR PMI Daerah Jawa Barat telah mengukir prestasi Teladan I, baik pada Jumbara PMR maupun Temu Karya KSR yang dilaksanakan tahun lalu. (**)

Coaching Data Base PMR dan Relawan

Dalam rangka melaksanakan rangkaian kegiatan Program Pengurangan Resiko Terpadu Berbasis Masyarakat Adaptasi Perubahan Iklim (PERTAMA-API), Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jambi melaksanakan coaching Data Base Relawan di Markas PMI Provinsi Jambi, Selasa (24/9).

Sebanyak 5 (lima) PMI Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi (PMI Kota Jambi, PMI Kabupaten Muaro Jambi, PMI Kabupaten Tanjab Barat, PMI Kabupaten Sarolangun, dan PMI Kota Sungai Penuh) mengikuti kegiatan tersebut. Sasaran coaching ini adalah staf markas PMI Provinsi Jambi dan PMI Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Kegiatan Coahing data base Relawan ini didampingi oleh Parmin, staf IT Markas Pusat PMI.

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas staf Markas agar mampu membuat data base anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan Relawan PMI di tingkat Kabupaten/Kota yang dapat diakses setiap saat. selain itu, kegiatan ini dapat mendukung staf Markas dalam rangka pendataan PMR dan Relawan dengan sistem komputerisasi yang modern.

“Mulai saat ini PMI Kabupaten/Kota harus ada data base PMR - Relawan yang modern, dapat diakses setiap saat, sehingga mempermudah PMI Provinsi dalam rangka memobilisasi saat normal dan bencana“. Jelas Sekretaris PMI Provinsi Jambi, Dra. Hj. Wardiah, MM.

Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah  Pendataan PMR-Relawan lanjutan dalam kurun waktu 2 hingga 4 minggu, Sosialisasi data base Relawan kepada Pengurus, staf dan Relawan, memasukan data seluruh anggota PMR da Relawan dalam kurun waktu 2 hingga 3 bulan, pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA). PMI Provinsi Jambi bekerjasama dengan PMI Kabupaten/Kota menguapayakan agar dalam 4 bulan kedepan terdapat APLI (Barcode) pada KTA anggota PMR-Relawan.